Nur Aini, Pembelajar dari Bangkalan
Cuti bersama selalu ditunggu bagi seorang guru. Hal ini disebabkan libur semester hanya berlaku untuk siswa saja sedangkan guru tetap masuk ke sekolah. Jika ingin berlibur maka boleh mengambil cuti, tapi kalau mengambil cuti di hari efektif bagaimana murid di sekolah? Apalagi ambil cutinya bareng-bareng, itu sebuah pertanyaan yang muncul di setiap gurauan bincang -bincang bersama para guru. Kebijakan ini berlaku di sekolah negeri.
Setiap tanggal merah di hari efektif akan disusul dengan cuti bersama. Waktu libur saya gunakan untuk “beres-beres” rumah dan lingkungannya. Rumput liar di belakang rumah sudah mulai meninggi. Saya mengambil beberapa alat untuk membersihkannya. Kegiatan ini tentu ditemani oleh lagu-lagu lawas populer Indonesia agar lebih bersemangat. Sesekali suara ayam dan burung peliharaan turut menyumbangkan suara emasnya. Suara Iwan fals, Betharia Sonata, Nike Ardilla, Inka Crysty bahkan Gombloh dan Dul Sumbang mengiringi peluh yang mulai menyeruak kepanasan.
Ba’da Subuh saya menyempatkan diri untuk berNordicria di belakang musholla, lumayan 3.000 langkah tercapai. Hal yang tidak dapat terlaksana saat hari efektif. Selesai sholat subuh langsung ke dapur mempersiapkan bekal si Sulung. Memberi makan ayam dan menyiram tanaman tabe menjadi kegiatan pagi yang tak boleh ditinggal. Begitupun dengan pohon Kelengkeng hasil cangkokan harus diopeni agar akar barunya menjadi kokoh dan memberikan tunas-tunas baru. Lingkungan belakang rumah sudah kelihatan lebih rapi dan bersih walaupun masih tersisa lebih banyak rumput liar yang belum terjamah. Kehadiran tanggal merah dinanti kembali untuk menyelesaikannya. Sayuran yang saya beli di penjual gerobak di pagi hari siap diolah. Sesekali saya melihat HP untuk update informasi di pesan WhatsApp.
Tepat pk.10.45 ada pesan masuk dari seseorang bukan di grup. Saya lihat tertulis nama Endang Wardhiyanto IRo, “Bu Nur di mana, saya menyebrang Jembatan Suramadu?”. Yah Bu Endang, nama Endang di IRo-Society banyak pikirku. Ingatanku langsung tertuju pada nama Endang websiterIRo, ternyata benar. Beliau bersama keluarga menjenguk salah satu saudaranya di Surabaya. Menyeberang Jembatan Suramadu dan mencari Masjid Jami’ mengikuti arahan goegle map. Penasaran Bu Endang sudah nyampe di mana saya telepon dan beliau sudah melewati kota Bangkalan yang pusatnya terletak di alun-alun atau taman Paseban. Artinya kecamatan Burneh tempat saya bertinggal terlewati. Goegle map mengarahkan masjid Jami’ (di tempat Bu Endang masjid Jami’ adalah masjid besar) melewati kota Bangkalan menuju arah selatan. Bertemu masjid Jami’ (versi goegle map) “kok kecil masjidnya, pikir Bu Endang. Saya bilang via telpon, di Bangkalan masjid Jami’ nya itu bernama masjid Agung sekarang yang berada di kota berhadapan dengan alun-alun atau taman Paseban. Akhirnya putri Bu Endang memutar mobilnya kembali ke arah kota Bangkalan menuju masjid Agung. Suami beliau sholat Jum’at dan yang lain berada di mobil.
Niat hati mau turun ke taman Paseban namun guyuran hujan membuat mereka tetap di dalam mobil. Selesai memasak saya langsung bersih diri ingin menjumpai sahabat IRo-Society di Taman Paseban yang akan ditempuh kurang lebih duapuluh menit. Perasaan bahagia menyelimuti kami yang akan berjumpa. Di tengah perjalanan menuju kota Bangkalan tepatnya 100 meter melewati warung makan bebek Sinjay, Hp berdering. Saya lihat ternyata Bu Endang, “Bu Nur sampai di mana? Saya nyampe depan Sinjay Bun. O, kalau begitu Bu Nur tunggu disitu saja saya akan sholat Dhuhur di masjid Sinjay, balas bu Endang di telpon.
Alhamdulillah akhirnya kami bertemu di Warung makan bebek Sinjay. Terimakasih Prof. Imam Robandi yang telah mempersaudarakan kami di komunitas IRo-Society. Perasaan senang dan bahagia terpancar di wajah kami yang selama ini hanya bertemu di dunia Maya lewat Zoom. Sejak Pandemi Covid-19 melanda negeri ini telah memberikan berkah tersendiri bagi semua lapisan masyarakat tak terkecuali komunitas IRo-Society. Komunitas yang mempunyai slogan “Empowering and Lightining” mendatangkan berkah tersendiri bagi anggotanya. Silaturrahmi terjalin di dunia maya dengan saling menguatkan antara yang satu dengan yang lain. Saling menyapa dan mengapresiasi menjadi pembiasaan yang menjadi karakter seluruh anggota. Semangat literasi digaungkan sejak awal oleh Founder IRo-Society Prof. Imam Robandi dengan beberapa aturan yang ketat namun akan memberikan nilai plus tersendiri. Larangan Copypaste bagi santri IRo-Society telah membuat jari jemari lihai menari di atas keyboard laptop atau layar hp. Betapa banyak karya yang dihasilkan dari aturan ketat tersebut. Buku Autobiografi, buku Antologi, tulisan di koran, Websiter bermunculan, youtuber dan streamer adalah karya-karya para anggota yang kebanyakan tidak muda lagi usianya. ‘Bendera harus tetap berkibar walaupun tanpa tiang”, begitu pemantik yang selalu diberikan oleh Prof. Imam Robandi. Arigato Gozaimasu Sensei.
Terimakasih Bu Endang dan keluarga atas Silaturahminya. Buku antologi puisinya dan cemilan khas Pekalongan juga terimakasih. Mohon maaf tuan rumah tidak mampu menyuguhkan apa-apa. Pertemuan yang tidak direncanakan dengan Qodarullah kita dapat berjumpa. Semoga dapat bersua lagi di lain kesempatan.
Burneh, Sabtu 25052024
Senang seksli ya Bu
betul bu Imah
Tulisan yang bagus dan penuh semangat,.
Kapan giliran Dayan ketemu bu Nur sini ya… Pasti akan senang sekali…