(MENINGKATKAN MINAT BACA 1)
RUDI EDOGAWA, Pembelajar dari kota Bangil
Sampai detik ini minat baca masyarakat di negeri ini masih sangat rendah. Mengapa hal ini sampai terjadi? Ini pertanyaan “berat” yang belum terjawab secara baik. Padahal yang mempromosikan budaya membaca tidak main-main sudah masuk kelas berat dan expert di bidang pendidikan. Pertanyaannya lagi, mengapa budaya membaca di negeri ini sangat rendah sekali? Adakah yang salah?
Melihat perkembangan pendidikan dewasa saat ini sungguh sangat memprihatikan terutama generasi penerus bangsa ini. Anak-anak menjauh dari budaya membaca, jangankan membaca “memegang” buku saja sudah hampir tidak kelihatan. Bila mendengar minat baca rendah di dunia pendidikan bikin heboh dan telinga panas para pendidik di negeri ini. Sampeyan iki Cak “onok-onok ae” kalau bikin artikel, meskipun sederhana mampu memporak-poranda mindset para pembaca. Rasakno. Flashback perjalanan berada di lingkungan pendidikan bikin heboh. Wong bukan pendidik di sebuah instansi mau saja berbagi waktu. Ini adalah bagian dari rahasia dibalik rahasia. Onok rahasia apa yang harus saya jalani bersama para pendidik. Wong tidak memiliki ilmu yang mempuni Sang Penguasa Kehidupan menghadirkan saya sebuah fenomena di tengah-tengah para pejuang yang melahirkan generasi handal.
“Belang-belang” di dunia pendidikan yang selama ini tertutup rapi mulai menahu setelah saya bersahabat para pendidik dan “Jenderal Sekolah”. Sebuah fenomena dan khasanah pengetahuan penuh sarat dan makna. Bertolak belakang sebelum saya menahu di lingkungan pendidikan. Ada keasyekkan tersendiri dan membuat saya mendadak “koplak jenius”. Alhamdulillah, satu yang pasti anugerah luar biasa, maturnuwun sanget, Yaa Allah atas nikmat ilmuMu yang dititipkan kepada hamba. Maturnuwun Sanget.
______Bangil, 21 Mei 2024
MENINGKATKAN MINAT BACA (2)
Alhamdulillah, saya bersyukur memiliki sahabat-sahabat di lingkungan pendidikan seantero negeri ini. Khasanah pengetahuan semakin banyak dan sekaligus bikin semakin cerdas. Bagaimana tidak cerdas? Hampir setiap hari disuguhi berbagai informasi menarik berkenaan tentang mendidik anak. Ini yang luar biasa bersama para pendidik dapat menyambung silaturrahim. Berkunjung ke berbagai sekolah sekaligus menjadi bagian dari JPSM (Jaringan Penggerak Sekolah/Madrasah Muhammadiyah) dan ISLA (Indonesia School Leader Association). Hal ini merupakan sebuah high value dan kehormatan bagi saya yang bukan pendidik dapat bergabung dalam organisasi tersebut.
Kreatifitas tukar tambah dan tambal sulam dalam belajar ala Edogawa menjadi ajang tak terelakkan untuk meningkatkan potensi diri. Itung-itung mumpung berada di lingkungan pendidikan harus dimaksimalkan kebermanfaatannya. Dari sini pula saya mulai dapat menemukan jati diri saya meski terbilang nyentrik dan ndhableg cara belajarnya. Dengan habit membaca yang sudah tertanam sejak dini berada di lingkungan bukan merupakan hal sulit namun sangat menyenangkan dan mengasyikkan seperti baru mengenal “Cinta pada pandangan pertama”. Bagaimana tidak menyenangkan dan membahagiakan saya seperti mendapat “Ndaru”. Ini yang bikin para sahabat-sahabat di lingkungan pendidikan “Speechless”.
Hadirnya artikel ini bukan serta merta sebuah opini namun hasil pengamatan sejak saya menjadi bagian dalam melahirkan generasi handal. Ini juga imbas dari minimnya habit menulis di kalangan para guru. Habit menulis tidak lepas dari habit membaca. Rendahnya tingkat kesadaran menulis berimbas pada menurunnya hobi membaca. Sampai saat ini minat baca di sekitar tempat saya dan Anda masih menjadi misteri untuk dicarikan solusinya. Dan solusi untuk mengatasi problem ini masih belum ditemukan penawar yang jitu. Solusi apa yang menarik untuk meningkatkan habit membaca ini dibutuhkan beberapa kiat yang menarik pula.
Beberapa kiat sukses dan “merangsang” minat baca dapat dari “Semangat Belajar”. Apalagi di era globalisasi dan kecanggihan teknologi menjadi pertempuran yang dahsyat. Pilihannya antara membaca plus menulis dan menghabiskan quota. Hal ini dapat dijadikan alternatif menumbuhkan minat baca artikel-artikel sederhana dengan dibumbui beberapa gambar yang menarik dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Semangat belajar ditopang lingkungan yang memandai, insyaallah minat segera dapat tumbuh dengan sendirinya. Ini perlu diingat umur belajar anak-anak paling tua adalah mendengar dan pencuri (peniru) ulung. Dengan melihat dan mendengar kebiasaan-kebiasaan yang positif habit belajar di dalamnya dapat ditumbuhkan dengan mudah. Sudahkan saya, kita dan Anda dapat menjadi raw model dalam habit membaca di lingkungan Anda?
______Bangil, 22 Mei 2024
MENINGKATKAN MINAT BACA (3)
Mentang-mentang jadi pendidik, sudah menganggap memiliki habit membaca tingkat dewa. Ini yang sering terjadi dan masih berlanjut bahwa menjadi guru menganggap dirinya pintar dalam mendidik anak. Sedangkan yang bukan “berprofesi” sebagai guru dianggap belum mampu mendidik anak. Anggapan-anggapan ini masih sering berseliweran di sekitar tempat saya dan Anda berada. Silang pendapat semakin menyudutkan para orang tua yang dikenal dengan super sibuk. Apalagi anak didik yang masuk kategori kreatif bahkan super-super kreatif bakalan bikin pening para guru yang hanya mengejar profesi guru. “Iki anak e sopo seh sudah kelas “x” belum menahu juga”. Tetapi katanya orang yang expect di bidangnya karena tidak menahu, makanya di sekolahkan.
Sedikit yang mampu action menghadapi anak-anak kreatif. Sedangkan sekolah-sekolah percontohan menjadi sekolah idola dan “jujukan” para wali murid yang konon katanya, anak-anak yang bersekolah di situ bakalan menjadi anak “pandai” dan “juara”. Ohyaaa.
Di era globalisasi dan zonasi di dalamnya kurikulum yang serba berubah setiap tahun, persaingan untuk merebut simpati para wali murid cukup terbuka lebar. Sekolah-sekolah percontohan di dalamnya sekolah negeri yang “doeloe” menjadi idola mulai keteter dengan hadirnya sekolah yang dahulu dianggap sebelah mata. Dan, mereka bermetamorfosis menjadi sekolah favorit. Bagaimana tidak? Para gurunya terkualifikasi meski mereka belum bersertifikasi. Amazing. Berbagai fasilitas yang yang disediakan mampu menggeser “keangkuhan” sekolah percontohan. Ingat, baca juga artikel saya yang berjudul “MENINGKATKAN MINAT BACA (1) DAN (2) yang menggelitik para pendidik di negeri ini. Imbas dari membaca artikel saya, dan banjir telepon serta japrian. Sedangkan beberapa guru ingin menaikkan grade untuk menjadi Kepala Sekolah. Boleh saja, sudah siapkah mengemban amanah yang lebih berat lagi atau hanya menghindar dari mengajar 6 jam dalam se-minggu itu pun bila masih ada aturannya.
______Bangil, 22 Mei 2024
Luar biasa Cak Edo, terima kasih Bu, artikel yang perlu direnungkan.
Keren banget dan mantap sekali.
Terima kasih telah berbagi Bu Nur, menggugah selera kembali untuk semangat berkarya
Mantap nu Nur Aini
Mantap Bu Nur Aini, semangat berwebsite
Mantap Bu Nur Aini, semangat berwebsite
terimakasih bu Silvia