Memburu Do’a Malaikat

Oleh Dyah Lyesmaya
Tulisan ini adalah ditulis oleh ibu Dr. Dyah Lyesmaya sebagai moderator pada kajian online “Gerakan Subuh Mengaji” yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat.


“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, sebuah kalimat sebagai pelajaran yang tidak akan pernah saya lupakan. Hari ini, Ahad, 26 Rabiul Awal 1446 H bertepatan dengan tanggal 29 September 2024 sangat istimewa. Saya memoderatori acara Gerakan Subuh Mengaji Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat (GSM PWA JABAR) yang memasuki edisi IV/09/2024/264. Ini adalah tahun ke-3 PWA Jabar, dengan konsisten, setiap Subuh dari pukul 05.15 s.d. 06.45 WIB, membersamai jamaah dan pemirsa TVMu untuk menjalin silaturahim dan mengkaji ilmu melalui ruang maya zoom dan live streaming TVMu. Topik kali ini mengenai “Belajar Sepanjang Hayat” yang disampaikan oleh Prof. Dr. Eng. Imam Robandi, M.T. Saya merangkum melalui tulisan ini agar ilmu yang beliau sampaikan dapat saya ikat, serap dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an surat Al-Haqah (1 s.d. 8) beserta terjemahannya oleh Ustadz Mubaraq, dilanjutkan dengan paparan oleh Prof.Imam, dan diakhiri dengan diskusi. Prof.Imam menayangkan tiga slide, pertama berisi judul kajian, selanjutnya satu ayat Al-Qur’an dan slide terakhir mengenai point alasan belajar. Waktu satu jam setengah tidak terasa. Paparan yang kadang tersendat karena terkendala jaringan tetap mengalir hangat karena peserta saling berdiskusi dengan antusias dan sarat nilai. Ada empat point penting yang disampaikan oleh Prof. Imam Robandi yakni konsistensi, alasan belajar, empat bukan berasal dari tiga melainkan dari satu dan yang terakhir tentang lansia Jepang).

Konsistensi
Di awal paparan, Prof. Imam menyoroti kata “Sepanjang” yang memiliki arti terus menerus dalam kurun waktu yang lama, istiqomah, sustainable, atau stabil dalam jangka panjang. Tentu untuk mempertahankan hal ini membutuhkan usaha dan energi yang besar dengan tantangan luar biasa. Sebagian diri kita lebih memilih menyelesaikan projek besar dalam satu waktu daripada kegiatan kecil dalam waktu lama secara konsisten. Oleh karena itu, beliau memperkuat di slide pertamanya, untuk menjawab tantangan dalam belajar, dengan menerangkan surat Al-Mujadilah ayat 11 “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” Melalui ayat ini, kita memperoleh simpulan bahwa pencari ilmu harus memiliki sikap lapang dada, sabar, dan ikhlas dalam mencari ilmu dalam sebuah majelis. Menghargai Proses adalah kata kunci untuk hal ini. Bukankah Imam Syafi’i pernah berkata “ilmu tidak akan diraih kecuali dengan ketabahan”. Kalimat lain “Jika Kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”. Kesadaran inilah yang membangun mental pembelajar dalam diri kita.

Alasan Belajar
Selanjutnya, Prof. Imam menjelaskan slide terakhir berisi 4 alasan kita harus tetap belajar yaitu Dinamika kehidupan yang selalu berubah, kompetisi antara bangsa, fasilitas belajar semakin maju, dan kebutuhan kehidupan abadi. Belajar adalah proses penting yang membantu kita menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan yang selalu berubah. Dunia ini terus mengalami perubahan di berbagai aspek, mulai dari teknologi, ekonomi, hingga sosial. Setiap perubahan tersebut menuntut kita untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan agar mampu menghadapi tantangan baru. Tanpa pembelajaran yang berkelanjutan, seseorang akan tertinggal dan tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang semakin dinamis. Belajar memungkinkan kita untuk tetap relevan dalam menghadapi perubahan zaman yang terjadi begitu cepat. Selain itu, belajar juga sangat penting dalam konteks kompetisi antara bangsa. Di era globalisasi saat ini, persaingan antara negara dalam bidang ekonomi, teknologi, dan inovasi semakin ketat. Negara yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, berpendidikan, dan inovatif akan lebih unggul dalam persaingan global. Oleh karena itu, setiap individu dituntut untuk terus belajar guna meningkatkan daya saingnya, baik di tingkat lokal maupun internasional. Belajar menjadi kunci utama untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di pasar global. Kemajuan teknologi juga telah memberikan kita fasilitas belajar yang semakin maju. Dengan adanya internet, platform pembelajaran online, dan perangkat teknologi lainnya, akses terhadap informasi dan pengetahuan menjadi semakin mudah. Fasilitas belajar yang canggih ini memungkinkan orang untuk belajar kapan saja dan di mana saja. Selain itu, perkembangan teknologi memungkinkan terciptanya metode belajar yang lebih interaktif dan personal, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan memanfaatkan fasilitas belajar ini, kita dapat memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan tanpa batasan waktu dan tempat. Terakhir, dalam perspektif yang lebih filosofis, belajar juga terkait dengan kebutuhan akan hidup abadi. Meskipun secara fisik manusia memiliki keterbatasan umur, pengetahuan dan warisan intelektual yang kita tinggalkan dapat bertahan lebih lama dan memberi dampak pada generasi berikutnya. Melalui belajar, kita berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan yang akan terus hidup di masa depan. Dalam hal ini, belajar dapat dipandang sebagai upaya untuk meraih “keabadian” melalui pemikiran, karya, dan inovasi yang akan terus dikenang dan digunakan oleh generasi selanjutnya.

Empat bukan berasal dari tiga melainkan dari satu
Paling menarik dari kajian ini adalah Analogi “Empat datang bukan dari tiga, melainkan dari satu, dua, tiga…” Prof. Imam menggunakan analogi ini untuk menjelaskan pentingnya menghargai proses belajar dan menanamkan nilai-nilai pendidikan secara bertahap.
Proses Belajar adalah Bertahap. Dalam belajar, hasil untuk mencapai angka empat tidak hanya bergantung pada satu langkah terakhir (“3”), tetapi pada rangkaian langkah sebelumnya (“1, 2, 3”). Setiap tahap memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman yang menyeluruh. Artinya, pengetahuan yang kita miliki sekarang adalah akumulasi dari berbagai pengalaman dan pembelajaran sebelumnya. Ini memberikan peluang untuk menghargai setiap langkah proses. Kadang, dalam pendidikan, fokus berlebihan diberikan pada hasil akhir (angka, nilai, atau pencapaian). Namun, seperti dalam analogi ini, jika kita hanya melihat tiga sebagai penentu datangnya empat, maka kita telah mengabaikan pondasi yang dibangun dari “1” dan “2”. Oleh karena itu, penting untuk menghargai setiap tahapan pembelajaran dan tidak hanya melihat pencapaian akhir. Bersamaan dengan itu, nilai-nilai perlu ditanamkan dalam Proses Belajar. Menanamkan nilai-nilai (misalnya disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu) pada setiap tahapan pembelajaran memungkinkan kita untuk tidak hanya mencapai hasil akhir, tetapi memahami makna dari proses tersebut. Nilai-nilai inilah yang membantu kita dalam mencapai tujuan secara lebih bermakna dan utuh. Analogi ini, menurut saya juga sebagai penekanan terhadap Pembelajaran yang dilakukan secara Terus-Menerus. Sama halnya dengan perkembangan angka dari 1, 2, ke 3, pembelajaran juga adalah proses yang tidak berhenti. Setiap tahap membawa pengalaman baru yang membentuk kemampuan dan pengetahuan seseorang. Dengan menghargai proses ini, kita diberi kesadaran lebih menghargai nilai yang diperoleh dan terus termotivasi untuk berkembang. Dengan demikian, Fokusnya tidak hanya pada hasil akhir, tetapi pada proses dan pengalaman belajar yang memberikan kebebasan kepada kita untuk mengeksplorasi, berkreasi, dan memahami dunia secara menyeluruh, artinya Proses itu adalah sesuatu yang penting. Hargailah sebuah proses karena disanalah nilai-nilai dapat dirasakan dan diterapkan. Penekanan terhadap pentingnya proses menjadikan waktu sangat penting untuk dikontrol. Kita harus mempunyai kesadaran untuk berlaku adil terhadap waktu. Berapa jam untuk istirahat, untuk belajar, untuk berkawan, dan untuk bekerja adalah penting agar konsistensi dapat terjaga.

Lansia Jepang
Paparan diselesaikan sebelum waktunya dan sesi tanya jawab dibuka melalui raise hand untuk pertanyaan secara langsung dan kolom chat untuk yang tidak bersedia open mic. Ibu Nidaul, Bapak Entoh, Ibu Ia, Ibu Sri, Ibu Isah dan Ibu Yayah berdiskusi mengenai beberapa penjelasan yang berkaitan dengan nilai dan proses belajar. Prof. Imam memberikan contoh nyata mengenai semangat lansia Jepang yang belajar Bahasa Indonesia yang ditanya mengapa belajar bahasa indonesia? Apakah ada rencana berkunjung ke Indonesia? Para lansia itu menjawab, “Tidak. Kami belajar agar kami dapat memahami berita berbahasa Indonesia yang disiarkan sehingga kami mengetahui peristiwa apa yang sedang terjadi di Indonesia.” ini adalah ethos yang luar biasa dalam belajar. Diskusi terus mengalir dan memunculkan tanggapan dari Prof. Isah Cahyani mengenai wakaf untuk mendirikan Pesantren Lansia dan pentingnya meramu kurikulum di dalamnya. Hal ini dijawab oleh Ibu Ia, selaku pimpinan PWA Jabar, dengan memberikan jawaban bahwa PWA Jabar sedang berproses dan segera melaunching “Day Care” untuk para lansia di beberapa kota dan tentu saja ide pesantren lansia disambut baik agar orang tua kita di masa tuanya tidak kesepian dan mempunyai support system untuk tetap bertumbuh dan lebih berbahagia, sehat jiwa dan raga. GSM Subuh tadi sungguh berkesan dan menginspirasi. Dari pembahasan Belajar Sepanjang Hayat kemudian memunculkan ide bagaimana membersamai lansia belajar sampai mewujudkan hadist Rasul “Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lakhdi” (tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat) melalui pesantren lansia.

Semoga para malaikat mendengarkan dan berdo’a di subuh ini sehingga Allah swt mengabulkan angan kami menjadi pengikut Rosul Muhammad saw sebagai uswatun hasanah dan rahmatan lil alamin (Teladan baik pembawa kedamaian dan kasih sayang bagi manusia dan alam semesta).

GSM PWA Jabar: Moderat-Maju-dan Berkemajuan

Cipatat, 29 September 2024

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *