Menjaga Semangat Tradisi Menulis di WA Group

Marlina, Guru SMPN Madani Pekanbaru

KSJM ke-228

IRo Society kembali menggelar Kajian Spesial Jumat Malam (KSJM) pada tanggal 5 Juli 2024. Komunitas yang dibesut oleh Prof. Imam Robandi ini, selalu sukses menghelat webinar dengan tema-tema yang spesial. Kali ini tema yang diangkat adalah Menjaga Semangat Tradisi Menulis di WA Group. Tema ini dibedah dengan sangat apik oleh 14 orang invited speaker dari berbagai penjuru tanah air. Mereka adalah, Bu Retno Kuntjorowati dari Cirebon, Bu Susiyati dari Samarinda, Bu Dr. Sri Haryanti dari Semarang, Bu Tri Mulyani dari Karanganyar, Bu Marlina dari Pekanbaru, Ustadz Abunawas dari Jayapura, Ustadz Moh. Helman Sueb dari Lamongan, Bapak Ponco A Kardono dari Tangerang Selatan, Bapak Sri Haryanto dari Gombong, Ustadz Zardan Araby dari Banda Aceh, Bu Theresia Wariani dari Kupang, NTT, Bu Ana Widyasyuti dari Bogor, Amak Syofni dari Bukittinggi, dan Bapak Dr. Muhtadin Tyas dari Jakarta.

Sebelum ke 14 pembicara undangan menyampaikan buah pikiran mereka, Bapak Firwan Firdaus yang didapuk sebagai penyelaras, terlebih dahulu menyampaikan pandangannya tentang upaya menjaga keistiqomaahan dalam menulis. Menurut apoteker kawakan ini, kita harus menulis dengan senang hati. Kita tidak boleh mengalas berbagai macam hal sebagai alasan untuk tidak menulis. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa ide tulisan dapat diperoleh dari mana saja dengan syarat kita harus lebih sensitif merespon kejadian di sekitar kita dan rajin meramunya menjadi tulisan.Setelah Pak Firwan, invited speaker yang paling senior, Bu Retno Kuntjorowati memulai kajian ini. Irowati asal Cirebon ini menyampaikan bahwa banyak hal yang dapat ditulis di WA Group, seperti; menyapa anggota group, menyampaikan tahniah, mendukung atau mendoakan orang lain. Selain itu, menurut Bu Retno, merespons postingan teman, membuat narasi (caption) di bawah gambar atau foto, dan menulis artikel, adalah pilihan yang dapat dipilih sebagai cara untuk menulis di WAG. Bu Retno juga menyampaikan cara untuk menjaga semangat menulis di WAG, yaitu dengan membiasakan membaca artikel, buku, dan pesan-pesan di WAG, berkemauan tinggi menjaga tali silaturrahim, menghindari penggunaan sticker dan emoticon, dan menjadikan menulis sebagai kegemaran dan kebiasaan.

Setelah Bu Retno, Bu Susiyati, IRowati dari Tepian Mahakam, Samarinda, menyampaikan strategi untuk menjaga semangat menulis di WAG. Wanita cantik ini memulainya dengan niat menulis seperti termaktub dalam QS.Albaqarah:282. Agar niat menulis menjadi menumbuh, maka menurut Bu Susiyati, menulis dijadikan sebagai sarana ibadah. Beliau juga menyampaikan M5 SEHAT (Melihat, Mendengar, Membaca, Melakukan, Merasakan). Menurut Bu Susiyati, menulis dapat menjadi sarana untuk bersilaturrahim yaitu memulai menyapa dengan salam. Ada beberapa strategi menulis yang disampaikan oleh guru yang baru saja purnabahakti ini, yaitu, menghindari menyingkat kata karena akan menimbulkan salah tafsir, menghindari atau tidak melakukan copypaste, tidak menulis hal-hal negatif, hal-hal sedih, mengolok, dan tidak menggunakan sticker dan emoticon. Satu hal lagi yang disampaikan oleh wanita kelahiran Jogja ini bahwa kita dapat memanfaatkan media sosial untuk mengunggah tulisan kita.

youtube NurAini-LINK

Bu Dr. Sri Haryanti adalah invited speaker berikutnya setelah Bu Susiyati. Wanita anggun yang merupakan dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Pharmasi Yaphar Semarang ini menggelindingkan beberapa kata yang merupakan Robandian Style. Kata bisa yang berhubungan dengan ular dan menyarap adalah dua di antaranya. Wanita yang bergabung dengan IRo Society pada pukul 11:10 WIB, tanggal 3 April 2021, ini juga menyampaikan bahwa ada pembelajaran dari Prof. Imam Robandi yang sangat membekas di hatinya, yaitu penggunaan kata namun. Prof. Imam memberitahu bahwa kata namun tidak boleh ditulis di awal kalimat, namun di tulis setelah tanda koma ( , ). Ada beberapa trik menulis yang disampaikan oleh wanita berparas ayu ini, yaitu, menyediakan buku catatan, menulis ide atau kata kunci, menulis apa yang ada dalam pikiran kita, membaca berulang kali tulisan, melakukan editing, dan yang terakhir meminta orang lain membaca tulisan sebelum diunggah. Pembicara berikutnya adalah tidak kalah menarik dari pembicara sebelumnya. Beliau adalah Bu Tri Mulyani, penulis produktif yang telah menelurkan banyak buku solo maupun buku antologi. Bu guru yang berasal dari Karanganyar ini mengemukakan beberapa alasan mengapa perlu menulis, yaitu menulis merupakan media untuk mengungkapkan rasa, sebagai respons terhadap peristiwa yang sedang terjadi, dan berbagi informasi serta sebagai alat untuk menyampaikan sebuah nilai tanpa menggurui. Youtuber yang suka membuat konten tentang tanaman ini juga menyebutkan mengapa beliau suka menulis di WAG, yaitu, menulis di WAG adalah mudah dan praktis, karena dapat dilakukan di mana dan kapan saja dan dapat menjalin silaturrahim dengan sesama anggota WAG. Menurut Bu Guru yang suka meliput aktivitas muridnya ini, ada beberapa tips agar dapat konsisten menulis. Pertama adalah mengingat pesan Prof. Imam, agar jangan berhenti menulis, karena akan sangat sulit untuk memulainya kembali. Berikutnya adalah bahwa kita harus peka terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan. Seterusnya adalah membiasakan membaca dan merespons postingan teman, dan yang terakhir adalah sedikit memaksa diri untuk menulis.Ustadz Abunawas, IRoman dari Jayapura menyatakan bahwa menulis di WAG dapat menyalurkan hobby. Selain itu menulis di WAG dapat menjadi hiburan dan juga menambah keterampilan menulis. Menurut penulis yang juga seorang youtuber handal ini, peristiwa yang inspiratif dan pengalaman dapat dijadikan bahan untuk menulis.

Selanjutnya ada beberapa invited speaker yang berbicara, sebelum akhirnya diakhiri oleh Ustadz Dr. Muhtadin Tyas. Penulis yang sering menulis tentang semangat perubahan di dinding WAG ini menyatakan bahwa rajin menulis di WAG membuatnya menjadi mudah untuk menulis disertasi doktornya. Doktor yang melakukan penelitian di SMK Muhammadiyah Gondang Legi, Malang ini merasa sangat terbantu menyelesaikan program doktoralnya dengan kebiasaannya menulis di WAG.Tradisi menulis di WAG adalah tradisi yang perlu dijaga semangatnya. Oleh sebab itu segeralah menulis begitu kita mendapat ide, karena ide adalah sesuatu yang mahal dan merupakan embrio dari sebuah tulisan. Jika tidak sempat menulis, buatlah catatan tentang kata-kata yang tidak familiar, begitu juga dengan nama tempat dan waktu kejadian. Hal yang lebih penting di atas itu semua adalah kita harus meluangkan waktu untuk menulis.

Pekanbaru, 07-07-2024.

10 Comments

  1. Matur sakalangkong, Bu Nur Aini.

  2. Wah mantap. Ada tulisan Madame Marleen. Sudah ditorehkan jejak digital IRotizen di sini.

  3. Terima kasih bunda Aini. Telah membuat resume untuk kegiatan KJSM . Kemarin Qadarullah saya tidak dapat mengikuti. Meskipun tidak dapat bergabung saya dapat membaca resume dari bunda Aini. Maa Syaa Allah.

  4. Hey people!!!!!
    Good mood and good luck to everyone!!!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *